Rabu, 09 Januari 2013



Misteri dari Pulau Paskah di Chili
Paskah (bahasa Polinesia: Rapa Nui, bahasa Spanyol: Isla de Pascua) adalah sebuah
pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km
sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia termasuk dalam Provinsi Valparaiso.
Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau
Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km². Menurut
sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga
Roa. Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.'

Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah pada Hari
Paskah tahun 1722. Perlu diketahui bahwa nama "Rapa Nui" bukan nama asli Pulau Paskah
yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja dari suku asli
Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung halamannya. Nama yang
diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te henua ("Puser Dunia") karena
keterpencilannya, namun sebutan ini juga diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah
bangunan di Marquesas.
Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat
pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan
tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika Jakob
Roggeveen menemukan pulau ini. Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai).
Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang
tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan
dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tibatiba,
dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan
bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini
kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi
10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen
datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat
peperangan internecine.

0 komentar:

Posting Komentar