Kamis, 13 Desember 2012




Leak merupakan suatu ilmu kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali. Pada
zaman sekarang ini orang bertanya-tanya apa betul leak itu ada?, apa betul leak
itu menyakiti? Secara umum leak itu tidak menyakiti, leak itu proses ilmu yang
cukup bagus bagi yang berminat. Karena ilmu leak juga mempunyai etika-etika tersendiri.
Tidak gampang mempelajari ilmu leak. Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk
mempelajari ilmu leak. Di masyarakat sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa
membunuh manusia, padahal tidak seperti tu. Ilmu leak juga sama dengan ilmu yang lainnya
yang terdapat dalam lontar- lontar kuno Bali.

Dulu, tidak sembarangan orang yang mempelajari ilmu leak, karena ilmu leak
merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh. Orang Bali
Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan
bawahannya. Tujuannya sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar.
Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia.
Namun dikarenakan zaman telah berubah, otomatis ilmu ini juga mengalami
perubahan. Namun esensinya sama dalam penerapan. Yang jelas ilmu leak tidak menyakiti.
Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif,
khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin
lebih unggul, ilmu inilah yang disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang
di kalangan masyarakat seringkali dicap sebagai ilmu leak. Seperti yang dikatakan diatas leak itu memang ada sesuai dengan tingkatan ilmunya
termasuk dengan endih leak. Endih leak ini biasanya muncul pada saat mereka lagi latihan
atau lagi bercengkrama dengan leak lainnya baik sejenis maupun lawan jenis. Munculnya
endih itu pada saat malam hari khususnya tengah malam. Harinya pun hari tertentu tidak
sembarangan orang menjalankan untuk melakukan ilmu tersebut.
Mengapa ditempat angker? Ini sesuai dengan ilmu leak dimana orang yang
mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan. Endih ini bisa berupa
fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang
mempelajarinya. Untuk yang baru-baru belajar, endih itu adalah lidahnya sendiri dengan
menggunakan mantra atau dengan sarana. Dalam menjalankan ilmu ini dibutuhkan sedikit
upacara. Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau
intisari jiwa ilmu leak. Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya.
Yang berjalan hanya jiwa atau suksma sendiri.
Bentuk endih leak ini beraneka ragam sesuai dengan tingkatannya. Ada seperti bola,
kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai). Ilmu ini juga memegang etika yang
harus dipatuhi oleh penganutnya.
Endih leak ini tidak sama dengan sinar penerangan lainnya, kalau endih leak ini
biasanya tergantung dari yang melihatnya. Kalau yang pernah melihatnya, endih berjalan
sesuai dengan arah mata angin, endih ini kelap-kelip tidak seperti penerangan lainnya hanya
diam.
Warnanya pun berbeda, kalau endih leak itu melebihi dari satu warna dan endih itu
berjalan sedangkan penerangan biasanya warna satu dan diam. Karena endih leak ini
memiliki sifat gelombang elektromagnetik mempunyai daya magnet.
Ilmu leak tidak menyakiti. Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas.
Bersikap sewajarnya saja. Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih ini
tidak menyebabkan panas.
Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak
bersifat niskala, tidak bisa dijamah.
Leak Shoping di Kuburan
Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari
pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada
adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara (memasukan dan mengeluarkan kekuatan aksara
dalam tubuh melalui tata cara tertentu).
Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
Si adalah mencerminkan Tuhan
Wa adalah anugrah
Ya adalah jiwa
Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa
Kekuatan aksara ini disebut panca gni (lima api). Manusia yang mempelajari
kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura).
Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubunubun,
serta kemaluan. Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga
apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut
orang tersebut.
Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang.
Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam
perenungan aksara tersebut.
Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui
ngelekas atau ngerogo sukmo. Kata ngelekas artinya kontaksi batin agar badan astra kita
bisa keluar. Ini pula alasannya orang ngeleak.
Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya disebut angeregep pengelekasan.
Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut endih.
Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia
(badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu) Di sini pelaku bisa menikmati keindahan
malam dalam dimensi batin yang lain. Jangan salah, dalam dunia pengeleakan ada kode
etiknya. Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani
keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak.
Peraturan yang lain juga ada seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati.
Orang ngeleak hanya shoping-nya di kuburan (pemuwunan). Apabila ada mayat baru, anggota
leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang
baik sesuai karmanya. Begini bunyi doa leak memberikan berkat : “ong, gni brahma anglebur
panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita
dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah”.
Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Nah, di sinilah ada
perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat,
atau meningkatkan ilmu. Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah apa pun status dirimu
menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.
Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa
demikian? Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit. Di Bali kuburan
dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena
kita jarang membuka lontar tatwaning ulun setra. Sehingga kita tidak tahu sebenarnya
kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.
Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua
mendapat pencerahan di kuburan. Di Jawa tradisi ini disebut tirakat.
Leak juga mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari.
Ada tujuh tingkatan leak. Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya
merah api. Leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, leak siwa
klakah. Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan
cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecele,
ketika emosinya labil.
Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah
membuat rusaknya nama perguruan. Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya.
Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam
memberikan pelajaran. Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan
serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang. Padahal ada aliran yang memang
spesial mempelajari ilmu hitam disebut penestian. Ilmu ini memang dirancang bagaimana
membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam. Ada pun caranya adalah dengan
memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi. Emosi
itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian
tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, aji
teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri).
Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan energi dari
belahan badan kiri. Pengiwa banyak menggunakan rajah-rajah (tulisan mistik). Juga pintar
membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dirontgent di lab. Yang paling canggih
adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan. Apabila perang,
beginilah bunyi mantranya, ong siwa gandu angimpus leak, siwa sumedang anundung leak,
mapan aku mapawakan segara gni…bla…bla.
Ilmu Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai
pelestarian budaya Hindu di Bali dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih datanglah pada
hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.

0 komentar:

Posting Komentar