Minggu, 03 Maret 2013

Ramalan St. Malachy Tentang Akhir Tahta Suci Vatikan
St. Malachy
Ramalan St. Malachy Tentang Paus Terakhir Setelah Paus Benediktus XVI-Anaktimor17-St. Malachy yang lahir pada tahun 1094 dan menutup usia di Clairvaux, Prancis pada tahun 1148 merupakan seorang tokoh Gereja Katolik yang cukup populer. Nama St. Malachy menjadi sangat terkenal ketika buku The End of the World karangan John
Hogue yang menceritakan misteri ramalan St. Malachy tentang 112 orang Paus yang akan memimpin Tahta Suci Vatikan. Ramalan santo yang berasal dari Irlandia ini sangat kuat dan akurat. St. Malachy sendiri pernah dipanggil ke Vatikan untuk menjelaskan mengenai ramalannya ini.
     Dalam ramalannya, ia (St. Malachy, pen) menggunakan kalimat singkat dalam bahasa Latin untuk menjelaskan kekhasan setiap Paus yang akan memimpin Gereja Katolik Roma. St. Malachy pernah meramalkan tentang kepemimpinan Paus Celestine II sebelum sang Paus terpilih. St. Malachy meramalkan bahwa sang pemimpin Gereja Katolik Roma tersebut akan datang dari balik benteng atau kastil di Tiber, di Italia. Ramalan ini kemudian terbukti benar dengan terpilihnya Paus Celestine II yang memiliki nama asli Guido di Castello. Paus Celestine II sendiri memimpin Vatikan dari 25 September 1143 sampai dengan 8 Maret 1144.
      Ramalan lain yang juga cukup akurat yakni berkaitan dengan Paus Yohanes Paulus I. St. Malachy meramalkan dengan menggunakan kalimat "dari tengah bulan". Kenyataan akhirnya menunjukkan Paus Yohanes Paulus I hanya menduduki Tahta Vatikan selama 33 hari. Paus Yohanes Paulus I dipilih para Dewan Kardinal pada 26 Agustus 1978, ketika bulan baru setengah penuh dan meninggal dunia pada 28 September di tahun yang sama.
  Tidak hanya itu. St. Malachy juga pernah meramalkan tentang Paus Yohanes Paulus II dengan menggunakan kata "de Labore Solis" (dari hasil pekerjaan matahari), frase yang merujuk pada gerhana matahari. Kenyataannya, Paus Yohanes Paulus II yang memiliki nama asli Karol Jozef Wojtyla ini lahir pada 18 Mei 1920 di Polandia, ketika itu gerhana matahari yang nyaris total terliaht di seluruh daratan Eropa. Ramalan ini juga menunjukkan pada paus pertama yang datang dari Timur (Eropa Timur). Paus Yohanes Paulus II juga lebih banyak melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia, sehingga dimaknai seperti pergerakan matahari. Paus Yohanes Paulus II akhirnya menghembuskan napas terakhir pada 2 April 2005 pada tahun Tuhan dan dimakamkan pada 8 April 2005, ketika terjadi gerhana hibrida yang sangat langka di selatan hingga barat Pasifik dan Amerika Selatan.
    Tentang Paus Benediktus XVI, St. Malachy melukiskan dengan frase "Gloria Olivae"  atau kemuliaan zaitun.  Sebelum terpilih, para pengamat berspekulasi bahwa paus yang akan terpilih berasal dari ordo Benediktus atau pengikut St. Benediktus yang berkembang pada abad ke-6 Masehi yang sering disebut dengan nama Olivetan yang merujuk pada Bukit Olive pada Kitab Perjanjian Baru. Namun kenyataannya yang terpilih adalah Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman. Kardinal Joseph Ratzinger kemudian memilih menggunakan nama Benediktus XVI yang merujuk pada St. Benediktus dari Nursia, sang pendiri Ordo Benediktus. Alasan Kardinal Joseph Ratzinger memilih nama Benediktus adalah untuk menyatukan kembali Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodoks Timur. St. Malachy juga meramalkan bahwa paus tersebut akan jatuh sakit dan mengundurkan diri dari kepemimpinannya. Hal yang sama terjadi setelah Paus Benedictus mengumumkan pengunduran dirinya pada awal Februari tahun 2013 ini.
Ramalan St. Malachy Tentang Paus Terakhir
Ramalan St. Malachy

    Dalam ramalannya pula kini hanya tersisa 1 orang lagi setelah Paus Benediktus XVI. St. Malachy menggunakan frase Petrus Romanus atau Petrus dari Roma untuk menjelaskan kekhasan paus berikutnya. Banyak orang berspekulasi bahwa ini adalah akhir dari kekuasaan Tahta Suci Vatikan. Ada pula yang berargumen bahwa daftar 112 paus adalah batas kemampuan St. Malachy dalam meramalkan masa depan Gereja Katolik Roma. Dalam daftar ramalan terakhir ini, St. Malachy memberikan sebuah moto yang lebih panjang dari sebelumnya.

In p̲secutione extrema S.R.E. ſedebit. Petrus Romanus, qui paſcet oues in multis tribulationibus: quibus tranſactis ciuitas ſepticollis diruetur, & Iudex tremẽdus iudicabit populum ſuum. Finis.
Yang dalam bahasa Indonesia berbunyi demikian :
“Di akhir penganiayaan, Gereja Roma yang kudus akan dipimpin oleh Petrus orang Roma, yang akan menggembalakan kawanannya di tengah banyak penganiayaan, dan sesudahnya kota yang dikelilingi 7 bukit itu akan dihancurkan dan Hakim yang adil akan menghakimi bangsa- bangsa.” 
    Ramalan di atas menimbulkan spekulasi bahwa Paus yang akan terpilih menggantikan Paus Beneditus XVI adalah paus terakhir yang menduduki Tahta Suci Vatikan. Tetapi tidak sedikit juga yang meragukan kebenaran ramalan ini. Kehadiran dan popularitas Peter Turkson (Ghana) yang menjadi calon kuat pengganti  Paus Benediktus XVI semakin menguatkan teori ramalan St. Malachy.
     Kendati apapun itu, siapa yang akan terpilih nantinya, kita semua mendoakan yang terbaik bagi dunia ini. Biarkan kehendak Tuhan yang terjadi.
Semoga artikel Ramalan St. Malachy Tentang Paus Terakhir Setelah Paus Benediktus XVI  bermanfaat. Saya tunggu komentar cerdas sobat...:)

0 komentar:

Posting Komentar