Masih ingat proyek blue energy yang bikin heboh pada tahun 2008? Penemuan yang sempat dipresentasikan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar. Namun di kemudian hari, proyek tersebut ternyata gagal. Nah, penawaran inovasi teknologi yang belum jelas keampuhannya semacam ini ternyata juga pernah terjadi di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Ansor Fahim, wartawan harian Berita Yudha yang pernah bertugas di Istana Negara pada era Soeharto, menuliskan kisah tentang �bodem korektor� atau guci wasiat, alat yang diklaim dapat menyuburkan tanah. Kisah itu ia muat dalam buku �34 Wartawan Istana Bicara tentang Pak Harto� yang diluncurkan Rabu, 27 Maret 2013.
Ansor menceritakan, suatu hari Menteri Muda Urusan Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan III periode 1978-1983, Martono, mendatangi Presiden Soeharto di kediaman pribadinya di Jalan Cendana, Jakarta. Ia menghadap Soeharto untuk memperkenalkan tamu dari Belanda yang membawa alat �ajaib.� Tamu itu disebut Martono sebagai ahli di bidang kesuburan tanah.
Tamu Belanda itu kemudian mengeluarkan alat yang ia sebut �bodem korektor.� �Bodem korektor bisa menyuburkan tanah. Saya lebih suka menyebutnya �guci wasiat�,� kata Martono. Jika guci wasiat itu diaktifkan, maka tanah tandus dalam radius beberapa ratus meter diklaim dapat berubah menjadi subur. Sungguh menakjubkan.
Namun ketika ditanya apakah Soeharto akan menggunakan guci wasiat tersebut, Martono menjawab tidak. �Pak Harto meminta alat ini diteliti dan dikaji dulu. Kalau memang benar (sesuai klaim), mungkin bisa digunakan di daerah Gunungkidul, Nusa Tenggara Timur, atau daerah-daerah yang kurang subur lainnya,� ujar Martono.
Selang beberapa lama, salah satu lembaga penelitian merilis hasil penelitiannya atas guci wasiat itu. Ternyata teknologi pengubah tanah tandus menjadi subur tersebut hanya tipuan belaka. Isi guci wasiat hanya kumparan kabel biasa yang tidak dapat menyuburkan tanah.
Berkaca dari peristiwa tersebut, Ansor berpikir tidak mungkin Soeharto bisa ditipu atas nama teknologi canggih. �Pak Harto sangat fasih dalam sektor pertanian. Tidak mungkin diperdaya oleh peralatan-peralatan yang berkaitan dengan kebutuhan para petani,� kata dia.
0 komentar:
Posting Komentar