Kamis, 14 Maret 2013


Konklaf berselimut ritual sekaligus rahasia
Konklaf Berselimut Ritual Sekaligus Rahasia-Anaktimor17-Menunggu Paus Baru

Pertemuan kardinal menentukan Paus baru
Ribuan orang memadati lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan kemarin malam atau dini hari tadi terpaksa kecewa. Kepulan asap keluar dari cerobong di atap Kapel Sistina pada pukul 19.41 berwarna hitam, bukan putih. Berarti belum ada paus baru terpilih. Dinginnya malam dibarengi guyuran hujan seolah mempertegas pertanda tidak baik itu.

"Kami sedikit kecewa," kata Angelo Bonarelli datang bersama istrinya, seperti dilansir surat kabar the New York Times, Rabu (13/3). Keduanya balik lagi hari ini. "Kami dari Roma. Ini sebuah tradisi."

Sebanyak 115 kardinal dari seluruh dunia akan memulai lagi konklaf hari ini untuk memilih pengganti Paus Benediktus XVI. Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun boleh ikut. Menurut jadwal pemungutan suara masing-masing akan berlangsung dua putaran pada pagi dan sore. Prosesi ini bakal dihentikan setelah ada calon memperoleh lebih dari dua pertiga suara. Alhasil, paus terpilih setidaknya harus meraih 58 sokongan.

Paus Benediktus XVI bernama Joseph Ratzinger mundur akhir bulan lalu. Keputusan ini sangat menggemparkan sebab untuk pertama kali dalam enam abad seorang paus mundur dari jabatannya. Biasanya, pemimpin Takhta Suci Vatikan diemban hingga akhir hayat. Ratzinger beralasan kondisi kesehatannya tidak sanggup lagi buat menjalankan tugas sebagai paus.

Para kardinal ini menginap di kompleks Santa Marta. Tempat ini dipakai pertama kali pada konklaf 2005, menggantikan kamar-kamar tidur di Istana Apostolik lantaran kamar mandi jauh dari ruang tidur. Di sini, para kadrinal dilarang merokok.

Sehari sebelumnya, sekitar 90 orang diminta bersumpah untuk tidak membocorkan prosesi konklaf. Mereka terdiri dari dokter, perawat, operator elevator, anggota pasukan keamanan, karyawan kebersihan, pelayan, koki, sopir, dam semua orang melayani kardinal.

Untuk menjaga kerahasiaan, aparat keamanan bersama teknisi memeriksa seluruh ruangan dalam Kapel Sistina dan Santa Marta agar tidak ada alat-alat perekam dan penyadap. Jaringan telepon seluler juga diacak agar semua kardinal tidak bisa berhubungan dengan dunia luar selama konklaf.

Di atas kertas, seluruh kardinal hadir merupakan calon paus. Pemungutan suara pertama itu merupakan hal penting lantaran dari situ bakal muncul nama-nama kandidat. Pada sesi berikutnya, sangat jarang muncul calon baru. Dukungan hanya akan diberikan kepada kandidat-kandidat sudah muncul pada pemungutan suara pertama.

Konklaf ini merujuk pada aturan tertulis telah berlaku berabad-abad. Prosesi ini diawali misa pagi di Basilika Santo Petrus agar pemilihan paus baru berjalan lancar. Dengan berbaris dua-dua, semua kardinal selepas itu menuju Kapel Sistina.

Setelah melepas topi, mereka lantas duduk di depan meja sudah ditulis nama masing-masing. Di saban meja terdapat buku ritual berwarna hijau dan map merah berisi kertas suara. Meja-meja itu terdiri dua barisan. Di depan altar terdapat satu meja buat tiga kardinal menjadi saksi dipilih secara acak. Tiga kardinal lain juga dipilih secara acak bertugas memeriksa kertas suara, dan tiga lagi untuk membawakan kertas suara kepada kardinal yang sakit sehingga tidak bisa ke Kaspel Sistina.
Kardinal Giovanni Battitsa bersama seorang kardinal senior lainnya lalu memimpin upacara pengambilan sumpah bersama dalam bahasa Latin. mereka harus berjanji tidak akan membocorkan pemungutan suara kepada siapa saja. Jika terpilih sebagai paus, para kardinal ini wajib menjalankan tugas dan mempertahankan Takhta Suci. Tiap kardinal juga bersumpah sendiri-sendiri dengan satu gtelapak tangan diletakkan di atas Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa ibu masing-masing.

"Semua berjalan lancar," ujar juru bicara Vatikan pastor Federico Lombardi ikut menykasikan acara pengambilan sumpah itu. "Seluruh kardinal hadir. Kami sudah menghitung," tuturnya seraya tersenyum.

Pemandu acara monsignor Guido Marini kemudian mengeluarkan perintah Extra omnes, artinya semua orang keluar kecuali 115 kardinal. Lusinan orang, termasuk wartawan, pemuka agama, dan Uskup Agung Georg Ganswein, meninggalkan Kapel Sistina. Pintu kayu berukuran sangat besar lantas ditutup. Setelah meditasi beberapa menit, pemgungutan suara dimulai.

Tiap kardinal menulis pilihan mereka secara jelas tanpa diketahui kardinal di dekat mereka di atas kertas segi empat bertulisan bahasa Latin: Eligo in Summum Pontificem (Saya memilih sebagai paus). Setelah kertas suara dilipat, masing-masing kardinal maju ke depan untuk menaruh kertas itu dalam jambangan besar sambil mengucapkan, "Saya memanggil Tuhan Yesus sebagai saksi saya, akan menjadi hakim saya, suara saya diberikan kepada orang yang Tuhan pikir seharusnya dipilih."

"Itu salah satu saat paling khidmat," kata Kardinal Napier. "Itu bisa membuat bulu kuduk merinding."

Tiap akhir putaran, jambangan dikocok dan semua kertas suara dikeluarkan. Saksi pertama lantas menulis nama tertera di atas tiap kertas, kemudian diperiksa oleh saksi kedua, dan dibacakan keras-keras oleh saksi ketiga. Lantas sem ua kertas dikumpulkan dengan ditusuk jarum.

Saban selesai dua putaran, semua kertas suara dan catatan dibakar di perapian. sudah disiapkan dekat pintu masuk utama Kapel Sistina. Kemudian ditambah zat kimia buat menghasilkan asap berwarna putih jika paus baru terpilih atau hitam bila belum.

Ketika paus baru terpilih, Kardinal Giovanni Battista mendekati dirinya dan akan bertanya apakah bersedia? Jika mengiyakan, paus baru itu diminta memilih nama gelar ingin dipakai.

Setelah berdoa dan membaca Kitab Perjanjian Baru, tiap kardinal maju ke depan untuk menyatakan ketaatan mereka kepada paus terpilih. Kemduain, paus baru menuju balkon Basilika Santo Petrus setelah sebelumnya berhenti untuk berdoa di Kapl Paulina.

Paus baru muncul di balkon dan memberikan misa pertamanya. Lonceng Basilika Santo Petrus pun dibunyikan dan keluar pengumuman berbunyi," Habemus papam (kita memiliki paus)."

0 komentar:

Posting Komentar